Mulyadi, Lalu and Witjaksono, Agung and Fathony, Budi (2020) Karakter Kawasan Dan Arsitektur Kota Malang Jawa Timur. CV. Dream Litera Buana, Malang. ISBN 978-623-7598-29-9
Text
buku Karakter-Kawa2.pdf Download (5MB) |
|
Text
peer review-buku kawasan dan arsitektur.PDF Download (443kB) |
|
Text
Karakter Kawasan Dan Arsitektur Kota Malang Jawa Timu.pdf Download (61MB) |
|
Text
peer review-buku kawasan dan arsitektur.PDF Download (443kB) |
Abstract
P ertumbuhan dan perkembangan kota dilatarbelakangi oleh ber-bagai aspek kehidupan seperti pertumbuhan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan jaringan komunikasi, transportasi dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut akan membawa perubahan terhadap pemanfaatan dan fungsi kawasan, termasuk pula akan merubah karakteristik kawasan dan arsitektur kotanya, baik itu secara fisik maupun non fisik. Perubahan tersebut apabila dibiarkan tidak ditata dan diatur dengan baik, maka akan berakibat terhadap penurunan kualitas fungsi dan citra kawasan. Menurut Wikantyoso (2005) kota-kota kolonial di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang tidak lepas dari perubahan kebijakan pemerintah kolonial Belanda dari sentralistik menjadi desentralistik. Pada tahun 1903 pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan Undang-undang desentralisasi (decentralisatiewet) yang disusul dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1905, dengan surat keputusan pelaksanaan desentralisasi. Perubahan menjadikan gemeente-gemeente di berbagai wilayah kota terjadi pada saat itu, seperti Batavia (1905), Bandung (1906), Cirebon (1906), Pekalongan (1906), Tegal (1906), Semarang (1906), Magelang (1906), Kediri (1906), Blitar (1906), dan Malang (1914). Kota Malang termasuk kota kolonial Belanda yang berkembang sejak tahun 1914. Kawasan dan bangunan sebagai elemen arsitektur kotanya masih banyak yang bisa kita lestarikan/mempertahankan sebagai cagar budaya. Masalah yang sering muncul dalam usaha melestarikan/mempertahankan tempat bersejarah (heritage), kawasan bersejarah, dan bangunan-bangunan bersejarah adalah modernisasi. Tidak dapat dipungkiri modernisasi memang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia di masa ini tak terkecuali dalam usaha pelestarian/mempertahankan tempat bersejarah, kawasan bersejarah, dan bangunan-bangunan bersejarah. Di kota Malang banyak tempat-tempat bersejarah, kawasan, dan atau bangunan-bangunan yang bernilai kesejarahan sudah beralih fungsi dan bahkan hilang nilai budayanya, namun ada juga yang masih dipertahankan hingga kini meskipun dipengaruhi oleh modernisasi kota antara lain; koridor Jalan Jagsa Agung Suprapto yang dulunya bernama Djalan Tjelaket. Kawasan ini masih kita temukan beberapa bangunan yang bernilai sejarah seperti: bangunan SMAK Cor Jesu dan bangunan SMP Frateran. Kawasan pertigaan Celaket bangunan yang dipertahankan adalah kantor PLN dan toko Avia, Kawasan Kayutangan seperti toko Oen, bangunan gereja dan gedung kembang di Jalan Semeru, Selain itu, masih banyak elemen-elemen arsitektur kota yang dapat dipertahankan seperti kawasan Pecinan, kawasan Tugu, dan kawasan Ijen termasuk jalan Ijen Boulevard. Karakter seperti bentuk, warna, susunan tata masa bangunan dan susunan tata ruang kota dapat mewujudkan citra mental yang jelas terhadap lingkungan suatu kota (Sanoff, 1991). Oleh sebab itu, karakter memainkan peranan penting didalam menghasilkan citra kota yang sesuai dan menarik. Didalam konteks pembangunan dan konservasi kota-kota bersejarah, kajian mengenai karakter kota adalah sangat penting untuk mengetahui hubungan yang seimbang antara unsur-unsur lama dengan unsur-unsur yang baru. Oleh karena itu, kajian terhadap karakter kawasan dan arsitektur kota sangat perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan konservasi, penentuan kawasan dan bangunan yang dijadikan sebagai cagar budaya, serta arah pembangunan perkotaan. Karakter Kawasan Dan Arsitektur Kota Malang Jawa Timur 2 Konservasi, penentuan kawasan dan bangunan cagar budaya serta pembangunan kawasan kota bersejarah bukan merupakan hambatan terhadap kemajuan zaman, tetapi justru dapat mewujudkan lingkungan kota yang lebih harmonis antara bangunan yang lama dengan bangunan yang baru (modern). Kota-kota bersejarah merupakan bukti tentang warisan nenek moyang, namun bagaimanapun juga kota bersejarah di negara Indonesia masih belum dapat diterima oleh semua pihak. Keadaan ini mungkin berawal dari tahap apresiasi yang sangat rendah terhadap kualitas dan kuantitas sejarah dan budaya dibanding dengan aspek lainnya, seperti ekonomi dan sejenisnya (Patricia Tusa Fels, 1994 dan Khoo Su Nin, 1993).
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | Engineering > Architectural Engineering Engineering > Area Planing Engineering (PWK) |
Divisions: | Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan > Teknik Arsitektur S1 Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan > Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) S1 |
Depositing User: | Mr Sayekti Aditya Endra |
Date Deposited: | 04 Feb 2021 05:26 |
Last Modified: | 27 Oct 2021 03:14 |
URI: | http://eprints.itn.ac.id/id/eprint/5295 |
Actions (login required)
View Item |