Witjaksono, Agung and Endarwati, Maria Christina (2018) IDENTIFIKASI KONDISI INFRASTRUKTUR DI DESA TERTINGGAL SUMBERPETUNG KABUPATEN MALANG. Project Report. Institut Teknologi Nasional Malang, Malang.
Text
peer reviwer - identifikasi kondisi infrastruktur.pdf Download (587kB) |
|
Text
lppm-lap penelitian -iden kondisi infrastruktur desa tertingal 2018 (1).pdf Download (800kB) |
|
Text
IDENTIFIKASI KONDISI INFRASTRUKTUR DI DESA TERTINGGAL SUMBERPETUNG KABUPATEN MALANG(1).pdf Download (6MB) |
Abstract
Berdasarkan tujuan dan sasaran pokok pengembangan wilayah yang terdapat pada rencana pembangunan jangka menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 sasaran pengembangan wilayah salah satu poinnya adalah untuk pembangunan perdesaan, dengan sasarannya adalah mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa atau meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa. Instruktur Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1972 Tentang Pelaksanaan Klasifikasi dan Tipologi Desa di Indoesia Desa tertinggal merupakan desa yang paling terbelakang dengan budaya kehidupan sangat terikat dengan adat istiadat. Secara umum desa tertinggal memiliki tingkat kesejateraan yang sangat rendah, sarana dan prasarana yang minim serta sangat bergantung pada alam. Ciri-ciri desa tertinggal secara umum yaitu lebih dari 50% penduduk bermata pencaharian pada sektor primer (berburu, menangkap ikan, dan bercocok tanam secara tradisional), produksi desa sangat rendah yaitu di bawah 50 juta rupiah per tahun, adat istiadat masih mengikat kuat, pendidikan dan keterampilan rendah, kurang dari 30% yang lulus sekolah dasar, sarana dan prasarana masih sangat kurang (Jamaludin, 2015: 43). Menurut data yang dikeluarkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam peluncuran Indeks Pembangunan Desa yang mana berdasarkan laporan dari indeks pembangunan desa tersebut pada tahun 2014 dari 74.093 desa yang terdapat di Indonesia, sebanyak 20.167 desa tergolong desa tertinggal atau terbelakang. Untuk wilayah Jawa Timur terdapat 333 desa dengan jumlah desa berkembang sejumlah 238 desa dan desa tertinggal sebanyak 95 desa dengan dominan desa tertinggal terdapat di Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Situbondo, dan sisanya tersebar di kabupaten lain yang terdapat di Jawa Timur. Penilaian dari indeks pembangunan desa dilihat dari kondisi fasilitas infrastruktur jalan, pendidikan, kesehatan, air minum, listrik, telekomunikasi, yang terdapat pada semua desa tersebut. Pada hakikatnya, daerah tertinggal memiliki potensi sumberdaya yang besar, akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal sehingga masih mempunyai ketergantungan yang kuat dengan daerah luar (Adisasmita, 2013). Permasalahan utama daerah/ desa tertinggal adalah diantaranya kualitas SDM rendah, kurangnya sarana dan prasarana (infrastruktur), terbatasnya akses ekonomi, informasi, dan teknologi, terdapat gangguan keamanan dan bencana, serta merupakan daerah perbatasan yang terisolir. Dalam upaya mengurangi desa tertinggal diperlukan konsep pengembangan. Pengembangan desa tertinggal merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan sebuah desa yang dihuni oleh masyarakat pedesaan dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi desa maju dengan masyarakat pedesaan yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. (Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, KEMENDESA, 2015).
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Subjects: | Engineering > Area Planing Engineering (PWK) |
Divisions: | Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan > Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) S1 |
Depositing User: | Mr Sayekti Aditya Endra |
Date Deposited: | 27 Oct 2021 02:34 |
Last Modified: | 27 Oct 2021 02:34 |
URI: | http://eprints.itn.ac.id/id/eprint/5679 |
Actions (login required)
View Item |